Novel Personal Taste – Bagian III

Sekali lagi perlu diingat! Kalau tidak suka spoiler, disarankan tidak membaca novel ini.

Bab 7: “Belut melawan kucing siluman”

Woo-min masih tidak sadar akan maksud In-hee terhadap Jin-ho, jadi waktu dia menerima telpon dari temannya itu untuk menginap, dia sama sekali tidak berpikiran jauh. Woo-min tidak antusias akan ide menginap – karena dia lembur – tapi In-hee menghapus kecemasannya dengan bilang dia tidak masalah harus menunggu. Jin-hoo bakal di rumah membukakan pintu untuknya, jadi Woo-min tidak perlu buru-buru pulang – santai saja! Dalam hati In-hee berharap Woo-min tidak pulang sama sekali jadi dia bisa merayu Jin-ho tanpa gangguan.
Lalu In-hee singgah ke kantor Jin-ho supaya bisa ke rumah bareng. Jin-ho telah menolak Woo-min sebelumnya ketika dia datang tanpa pemberitahuan tapi kali ini In-hee memakai Woo-min sebagai alasan sehingga Jin-ho tidak punya argumen buat menolaknya. Waktu keluar kantor, mereka dihentikan oleh si marah Hye-mi yang mengira In-hee adalah teman serumah Jin-ho. Jin-ho menghela nafas, berupaya mengumpulkan energi untuk mengelak dari Hye-mi yang sepertinya akan merengek minta Jin-ho pulang ke rumah. Jin-ho cukup terkejut ketika Hye-mi dengan tenang minta diundang untuk melihat rumah barunya – dia ingin tahu bagaimana tempat tinggal Jin-ho.

Hye-mi berpikir kalau In-hee terlihat seperti belut (kurus dan ramping), sementara In-hee memanggil Hye-mi sebagai kucing siluman (licik dan lihai).


Di rumah, In-hee bertingkah seakan dia teman serumah Jin-ho, berusaha membuat komentar yang tak bisa didengar Jin-ho. Karena itu ketika kemudian Woo-min tiba di rumah, In-hee bertindak cepat untuk menyembunyikan kebohongannya. Dia tidak bisa menjelaskan siapa sesungguhnya Hye-mi karena akan membongkar rahasia kalau Jin-ho itu normal. Jadi dia menggiring Woo-min keluar dan menjelaskan kalau Hye-mi itu adik perempuan Jin-ho yang sangat manja. Untungnya, Woo-min sangat lelah dan segara masuk untuk tidur.

Sementara itu, Hye-mi percaya akan kebohongan In-hee dan menanyakan Jin-ho tentang pacar sekaligus teman serumahnya (maksudnya In-hee). Dan Jin-ho tentu saja berpikir yang dimaksud In-hee itu adalah Woo-min. Tadinya Jin-ho mau bilang kalau mereka hanya teman serumah saja, tapi mengingat hal ini bisa membuat Hye-mi menjauhi dirinya, jadi dia berkeputusan untuk berbohong. Ya, jawabnya, teman serumahnya itu adalah kekasihnya!

Hye-mi tadinya bersedia melepas Jin-ho kalau dia benar-benar menemukan wanita yang dia cintai, tapi dia benar-benar tidak suka pada In-hee dan beranggapan harus menyelamatkan Jin-ho dari kesalahan. Ini juga berarti dia tidak boleh membiarkan mereka berdua di rumah, jadi Hye-mi pura-pura sakit perut agar Jin-ho menemaninya pulang. In-hee curiga akan motif Hye-mi, menyela dan menawarkan diri menemani mereka ke rumah sakit. Hye-mi ngotot kalau dia tidak perlu ke rumah sakit dan memaksa Jin-ho mengantarnya pulang. Saat keluar rumah, dia tak bisa menahan diri untuk meleletkan lidah ke In-hee merayakan kemenangannya.

Bab 8: “Orang yang tak bisa diraih”

Besok itu Sabtu, tapi Woo-min tetap pergi ke kantor. Dia tidur sepanjang malam jadi sama sekali tidak tahu kejadian malam itu dan bangun menemukan rumah yang kosong. Dia merasa aneh akan In-hee yang memaksa menginap tapi kemudian pulang tanpa pamitan. Pikiran bahwa Jin-ho tidak ada karena menginap di tempat pacarnya si Sang-joon, membuatnya menggerutu. Tapi dia mengingatkan dirinya kalau Jin-ho itu gay dan di luar jangkauannya meskipun Woo-min mulai ada perasaan terhadapnya.

Namun, sakit gigi tiba-tiba menyerang Woo-min sehingga dia tidak bisa konsentrasi kerja dan bos nya menyuruh dia ke dokter gigi segera. Ini jadi masalah buat Woo-min karena ternyata dokter giginya adalah si mantan pacar, Jae-wook, yang pertama kali ketemu waktu Woo-min mau berobat gigi. Alasan dia sampai sakit gigi sekarang karena sejak putus, Woo-min tidak pernah lagi memeriksakan giginya.

Woo-min tadinya mencoba ke dokter gigi lain di daerah itu. Tapi waktu ketemu asistennya Jae-wook dia dapat kabar Jae-wook sedang tidak praktek hari ini. Jadinya Woo-min pergi ke klinik langganannya itu. Tapi sayangnya ternyata Jae-wook sedang praktek dan Woo-min baru sadar ketika giginya sudah harus mulai diperiksa dan dia dipaksa tetap duduk sampai perawatan giginya selesai. (Perhatikan bahwa dramanya tidak punya karakter bernama Jae-wook. Sepertinya karakter Kim Ji-suk dibuat sebagian berdasarkan Jae-wook tapi mungkin tidak akan selihai Jae-wook.)

Untung saja Jae-wook menunggu sampai prosedur pemeriksaan selesai baru kemudian menghampiri Woo-min untuk bersumpah akan cintanya. Mengingat bagaimana Jae-wook dengan semena-mena memutuskannya, Woo-min sedikit kaget dan menolaknya. Jae-wook bersikeras menjelaskan bahwa alasan dia memilih teman baiknya Young-sun karena dia mabuk suatu malam dan mengira kalau Young-sun itu Woo-min. Hal ini bisa saja berakhir sampai di situ tapi kemudian Young-sun selalu menghubungi dan mengejarnya, bahkan sampai bilang dia hamil. Pada waktu itu dia sudah kehilangan Woo-min dan kedua keluarga menyetujui pernikahan mereka, jadinya dia pun setuju untuk bertunangan. Tapi dia bersumpah tidak bisa melupakan Woo-min.

Tidak seperti karakternya, Woo-min mulai melunak – penjelasan Jae-wook masuk akal dan sepertinya dia tulus… sampai dia melihat foto Jae-wook dan Young-sun di kafe tempat mereka pertama kali kencan. Kata-kata Jae-wook langsung tak berarti baginya dan dia berontak untuk pergi, menendang selangkangan Jae-wook ketika pria itu berusaha menghentikannya. Hal ini membuat marah Jae-wook dan dia mulai menghina Woo-min, penampilannya, karakternya, yang tidak layak sebagai seorang manusia maupun wanita…

 …di saat Jin-ho muncul melibatkan diri.


Jin-ho baru saja ketemu dengan Tae-hoon yang menantangnya demi cinta Hye-mi. Jin-ho melihat kalau juniornya itu benar-benar mencintai Hye-mi, dan berpikir dia ingin menemukan wanita yang membuatnya berperasaan seperti itu juga. Dalam perjalanan pulang, pikirannya otomatis ke Woo-min dan dia langsung mengutuk dirinya. Tentu saja Woo-min yang muncul karena tas jelek di balik jendela itu mirip sekali dengan punya Woo-min. Itu pasti bukan karena Jin-ho selalu memikirkan Woo-min setiap waktu, kan?

Dan ketika dia melihat lebih dekat – itu benar-benar tas Woo-min yang ada di balik jendela. Inilah alasan Jin-ho muncul di klinik gigi Jae-wook di saat Woo-min sedang dianiaya dengan hinaan, yang membuat Jin-hoo marah dan meninju rahang Jae-wook karena berani menghina “wanitaku”.

Mereka kabur lari bersama, mengambil waktu untuk menenangkan diri. Woo-min berterimakasih pada Jin-ho dan mood keduanya mulai lebih baik. Mengingat hari itu cerah, mereka berdua berpikiran sama untuk menonton film bioskop (lucunya, mereka berdua saling mengajak – “Kalau kamu tidak keberatan, mau nonton tidak?” – tepat di saat yang bersamaan.)

Jin-ho kemudian singgah di kantornya sebelum ke bioskop untuk mengurus sesuatu, jadi Woo-min menunggu di mobil. Dia terkejut ketika Jin-ho kembali membawa tas belanja – dia membelikan kosmetik agar Woo-min bisa memperbaiki dandanannya yang luntur karena menangis, dan Woo-min sangat tersentuh. Sebagai gantinya, Woo-min mengorek-ngorek isi tasnya dan memberikan hadiah pada Jin-ho – boneka tangan berbentuk ular. Woo-min bercanda kalau boneka itu tidak dinamakan sama dengan Jin-ho kok, soalnya namanya Jino. Bahkan Jin-ho harus mengakui kalau ular itu terlihat sedikit mirip dengannya, meskipun hanya dalam hati. Woo-min membuat Jino sebagai karakter baru di pekerjaannya, tapi ternyata akhirnya karakter ini harus dibuang.

 Ketika In-hee menelpon, Woo-min curhat kalau dia dan Jin-ho ternyata punya selera yang sama dan (untuk pertama kalinya) menyesal kalau dia itu gay. Woo-min mengakui kalau dia menyukai Jin-ho, dan berargumen dengan In-hee bahwa mungkin Jin-ho tidak sepenuhnya gay. Tapi Woo-min mengingatkan dirinya kalau itu di luar jangkauannya.


Tapi akhirnya dia harus menerima “kenyataan” ketika Tae-hoon tiba-tiba muncul. Merasa senang, Tae-hoon memeluk Jin-ho dan berteriak, “Aku mencintaimu, hyung!” Dia sangat bahagia karena akhirnya bisa memenangkan hati Hye-mi, dibantu oleh fakta bahwa Jin-ho memberitahu Hye-mi kalau dia tidak mencintainya. Namun, bagi Woo-min, hal itu terlihat seakan-akan Jin-ho telah “selingkuh” terhadap hubungannya dengan pacarnya si Sang-joon. Jadi Woo-min bilang kalau dia sangat kecewa terhadap Jin-ho. Dia tidak akan memberitahu Sang-joon tentang ini tapi Woo-min benar-benar tidak tahu kalau Jin-ho adalah tipe orang seperti itu.

Karena kebohongannya, Jin-ho tidak bisa membela dirinya tanpa mengatakan kenyataan yang sebenarnya. Jadi dia cuman bisa menyumpahi Tae-hoon yang muncul di waktu yang salah.

Bab 9: “Situasi yang Runyam”

Hye-mi dan Tae-hoon tiba di rumah Woo-min, bersiap untuk mengumumkan hubungan mereka. Woo-min satu-satunya orang yang di rumah, menyambut kedatangan mereka dan berpikir kalau mereka adalah satunya adik Jin-ho dan satunya gay pengagum Jin-ho. Percakapan mereka jadinya kurang nyambung, karena kebohongan In-hee dan Jin-ho.

Woo-min berasumsi karena Tae-hoon dan Hye-mi ada di situ bersama untuk menemui Jin-ho, keduanya pasti tahu kalau Jin-ho itu gay. Hye-mi sebaliknya, masih berpikir kalau rumah itu milik In-hee.

Hye-mi dan Tae-hoon membicarakan hubungan Jin-ho dengan nada yang meremehkan. Maksud mereka adalah In-hee tapi Woo-min berpikir pacar Jin-ho adalah Sang-joon. Woo-min memohon agar Hye-mi dan Tae-hoon memahami hubungan tersebut, karena butuh keberanian besar bagi Jin-ho untuk memulai hubungan itu.

Untung saja, Hye-mi merasa ada hal yang salah dan mulai merasa jelas akan beberapa hal. In-hee pasti sudah berbohong yang berarti bahwa teman serumah yang dikencani Jin-ho adalah Woo-min (Namun Woo-min masih belum sadar dan tetap percaya kalau Jin-ho adalah gay).

 Sementara itu Sang-joon membicarakan proyek museum dengan Jin-ho. Jin-ho membuat beragam alasan kalau dia belum bisa pindah dari rumah Woo-min karena masih perlu riset lebih jauh, yang membuat Sang-joon jadi menduga kalau dia menyukai Woo-min. Jin-ho akhirnya mengakui kalau dia ada perasaan terhadap Woo-min, tapi berpikir kalau Woo-min hanya melihatnya seperti saudara.


Sang-joon menyarankan agar Jin-ho mengatakan yang sebenarnya dengan mengundang Woo-min sebagai pasangannya di acara pesta bisnis yang diadakan oleh relasi museum – dengan itu dia bisa menyatakan perasaannya dan sekaligus membereskan kesalahpahamannya dengan direktur perencanaan Kim Sung Han (Jin-ho takut memberitahu Sung-han secara langsung kalau dia bukan gay karena bisa membuat marah Sung-han dan mengancam kesuksesan proyek museum tersebut. Karena itu dia butuh cara yang mudah untuk memberitahunya.)

Jin-ho tidak berani dan pergi ke pesta di hotel mewah itu tanpa pasangan, di mana dia bertemu In-hee, yang berada di sana karena punya kenalan. Dia menghampiri Jin-ho dengan tatapan menggoda, namun Jin-ho mengenalkannya sebagai teman dari teman serumah Jin-ho. Menegaskan kalau dia tidak tertarik dengan In-hee, Jin-ho membebaskan diri dari In-hee.

Namun, Jin-ho kemudian melihat kalau Sung-han menghampirinya untuk berusaha berbicara berdua saja dengannya dan – glek – mungkin untuk berbuat hal romantis. Jin-ho buru-buru kabur ke lift, yang pintunya tepat terbuka pada saat Sung-han tiba dan memanggil nama Jin-ho. Dan keluarlah dari lift si Woo-min yang berdandan cantik untuk acara itu. Jin-ho menghampiri dan mencium Woo-min.

Woo-min pergi ke pesta atas suruhan Hye-mi (yang lebih senang menjodohkan Jin-ho dengan Woo-min dibandingkan In-hee), dan meskipun sambil berbisik, Jin-ho minta maaf tapi mereka berdua larut dalam ciuman tersebut. Mereka kemudian berhenti dan sadar kalau khayalak sedang memperhatikan. Keduanya langsung kabur sambil tertawa dan berencana meneruskan ciuman mereka di tempat lain.


Keadaan jadi sedikit kikuk ketika mereka berusaha memutuskan apa yang harus dilakukan, di saat yang sama mereka memperhatikan beberapa pasangan kabur dari pesta dan menuju kamar di lantai atas – pestanya di hotel – dengan beberapa pasangan hampir tak bisa mencapai kamar karena hawa nafsu. Hal ini membuat Woo-min malu karena membuatnya tidak nyaman akan topik seks. Jadi ketika Jin-ho bilang dia ada pengakuan yang ingin disampaikan – berusaha membersihkan kebohongannya – Woo-min jadi tegang karena berpikir Jin-ho akan bilang mencintainya demi mendapatkan seks. Yah, Woo-min memang terlalu cepat menyimpulkan tapi akibat pengalamannya dahulu, dia wajar berpikir seperti itu.

Woo-min memotong perkataan Jin-ho dan bilang kalau dia tahu semuanya jadi Jin-ho tidak perlu meneruskan. Jin-ho menafsirkan kalau ini berarti Woo-min tahu dia pura-pura jadi gay, dan kemudian minta maaf karena telah berbohong (yang menguatkan kecurigaan Woo-min kalau Jin-ho berbohong akan perasaannya terhadap Woo-min). Tetapi Jin-ho jadi bingung dengan reaksi Woo-min – apa dia tidak suka terhadap Jin-ho?

Bingung dan kecewa, Woo-min meloloskan diri, berpikir kalau Jin-ho hanya merayunya saja. Di luar dia ketemu dengan In-hee, yang masih merasa jengkel karena ditolak oleh Jin-ho. Dia makin memperburuk keadaan dengan berakting seakan sebagai teman yang perhatian dan mengingatkan Woo-min kalau ada gosip buruk beredar tentang Jin-ho: dia dikenal sebagai playboy. Kata-kata ini benar-benar mengenai Woo-min, dan dia pulang merasa patah hati.

Bersambung ke Bagian IV.

Sumber: dramabeans.com
Terjemahan bahasa Indonesia: minoz-indonesia.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments: